Keep Learn and Practice

Keep Learn and Practice

Sabtu, 03 September 2022

Selasa, 20 April 2021

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Tidak terasa Pendidikan Guru Penggerak sudah memasuki paket modul 3 dan saat ini belajar di modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Ada banyak ilmu yang sudah diterima dan mulai diterapkan secara nyata dalam proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.

Proses pengambilan keputusan yang terbaik tidak terlepas dari materi-materi yang sudah dibahas pada paket modul 1 maupun paket modul 2, sebab semua pelajaran yang diterima dalam pendidikan ini bersumber pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan 3 pratap triloka yaitu "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" yang berarti bahwa seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan seharusnya berdiri didepan sebagai teladan, mampu memposisikan diri ditengah-tengah untuk memberi semangat, dan berada dibelakang sebagai pendorong dan motivator yang akan mensuport dan memberi semangat bagi warga sekolah yang lain.



Sehubungan dengan nilai dan peran guru penggerak, seorang pemimpin pembelajaran yang akan mengambil keputusan seharusnya memiliki jiwa mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada siswa. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat berpengaruh pada prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan karena sebagai pemimpin pembelajaran kita harus menanamkan nilai-nilai keadilan dan kejujuran yang tidak bertentangan.



Dalam pengambilan keputusan sering kita dihadapkan pada dilema etika yang membuat kita sulit untuk menentukan yang terbaik  yang dapat kita ambil. Misalnya ketika berhadapan dengan rekan sejawat yang dekat dengan kita yang bertentangan dengan nilai kejujuran dimana kita harus memilih salah satunya. Disitulah praktek coaching perlu dilaksanakan, dengan demikian dilema etika bisa diselesaikan dengan menemukan potensi yang ada untuk mendapatkan solusi terbaik. Kegiatan coaching mampu menggali potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menyelesaikan masalahnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mampu memancing coachee untuk mencari sendiri solusi atas permasalahannya.

Coaching dengan rekan sejawat

Sehubungan dengan etika dan moral terkait dengan nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik akan berhubungan dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral pada dirinya. Karsa yang tertanam dalam diri seseoranglah yang mendasarinya mengambil keputusan yang mengandung unsur dilema etika

Pengambilan keputusan yang tepat, berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif dan kondusif karena sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada disekolah. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin pembelajaran dapat memengaruhi masa depan siswanya terutama pada kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan potensi yang dimiliki siswa sesuai dengan kebutuhan belajar dan kodratnya. Hal inilah dapat membentuk karakter siswa sehingga memiliki profil pelajar Pancasila.

Pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan selalu berpedoman pada tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu 
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Selain itu memperhatikan empat paradigma pengambilan keputusan yaitu:
  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.

 “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok  keluarga, atau keluarga Anda.

 Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

        2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) 

        3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika.  Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,  atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Pada jaman perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara  mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang  dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

        4. Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini  paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.


Ketika menghadapi dilema etika

Hal terakhir yang dapat menjadi pedoman pengambilan keputusan yaitu sembilan langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari:

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah

    Uji Legal

    Uji Regulasi/Standar Profesional

    Uji Intuisi

    Uji Halaman Depan Koran

    Uji Panutan/Idola

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6. Melakukan Prinsip Resolusi

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Buat Keputusan

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan


Akhir dari berbagai pertimbangan adalah membuat keputusan terbaik.

Ketika kita dihadapkan pada pengambilan keputusan, kadang apa yang kita putuskan belum tentu sesuai dengan keinginan orang lain karena kita tidak bisa membuat keputusan yang bisa menyenangkan semua orang. Tetapi dengan mengikuti alur yang sudah dibuat maka keputusan tersebut bisa dikatakan sebagai keputusan terbaik setelah melalui berbagai pertimbangan.

Semoga kita bisa menemukan solusi dari masalah kita, mampu untuk menerapkan cara terbaik untuk mendapatkan keputusan yang terbaik.




Rabu, 17 Februari 2021

 

AKSI NYATA

MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

KASIH IMAN

( Kelas Bersih Indah dan Nyaman )

A.     LATAR BELAKANG

Lingkungan kelas yang bersih, indah dan sejuk dapat meningkatkan semangat dalam proses belajar mengajar. Menjaga kebersihan lingkungan kelas juga merupakan budaya positif yang patut dijaga dan dikembangkan karena didalamnya ada tanggung jawab yang harus dijalankan siswa dalam menjaga kebersihan kelas masing-masing.

Lingkungan sekolah adalah rumah kedua setelah rumah tempat tinggal masing-masing sehingga wajib dijaga kebersihan dan kenyamanannya agar setiap orang yang berada didalam lingkungan sekolah merasa betah untuk melakukan aktifitas masing-masing. 

Dalam masa libur akhir semester ganjil, SMA YPK 1 BIAK mengalami musibah dimana salah satu pohon besar tumbang dan menimpa gedung kantor sehingga pohon harus disingkirkan dan hal tersebut menyisakan sampah yang cukup banyak sehingga program KASIH IMAN berjalan bersama program sekolah yang lebih besar yaitu pembersihan lingkungan sekolah secara menyeluruh.

 

B.      DESKRIPSI AKSI NYATA

Budaya Positif menyangkut kebersihan lingkungan sekolah dan kelas sebenarnya merupakan hal yang sudah dilakukan sejak lama namun yang membedakan kali ini adalah program ini dilaksanakan dalam masa pandemi Covid-19 sehingga ada protokol yang wajib diikuti oleh setiap warga sekolah. Program ini juga berjalan bersamaan dengan adanya survey dari Tim Gugus Tugas Covid-19 untuk melihat sejauh mana kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka dapat dilaksanakan.

Program ini dilakukan oleh seluruh kelas namun untuk beberapa kegiatan saya lebih fokus pada satu kelas yang merupakan kelas binaan saya yaitu kelas XII IPS 2.

Waktu kegiatan:

No.

Tanggal

Kegiatan

1.

04 Januari 2021

Merancang program KASIH IMAN

2.

05 Januari 2021

Menyampaikan program  KASIH IMAN  kepada kepala sekolah

3.

05 Januari 2021

Mensosialisasikan program  KASIH IMAN   kepada peserta didik dikelas dan grup WA

4.

06 Januari 2021

Menyusun tim kreatif yang akan mengeksekusi program  KASIH IMAN bersama teman-temannya.

5.

06 - 09 Januari 2021

Mengumpulkan alat dan bahan yang akan dipakai.

6.

11 – 23 Januari 2021

Melaksanakan program yang sudah dirancang

 

 

 

 

 

 

 

 

 


C. HASIL DARI AKSI NYATA

Hasil dari Aksi Nyata :

1.       Seluruh warga sekolah mampu bekerjasama untuk mewujudkan program yang sudah dirancang bersama-sama

2.       Siswa mampu menciptakan ide-ide kreatif dan langsung dieksekusi secara bersama-sama

3.       Lingkungan sekolah dan kelas menjadi bersih.

4.       Setiap kelas diberikan alat-alat yang menunjang protokol kesehatan untuk menghindari penularan Covid-19 sehingga semua diberikan tanggung jawab untuk menjaga dan merawat inventaris kelas tersebut.

5.       Melalui program ini tumbuh budaya kerjasama yang baik, baik itu antar siswa maupun guru-guru untuk mencapai tujuan bersama.

6.       Sekolah mendapat Surat Keputusan dari Tim Gugus Tugas Covid-19 yang menyatakan sekolah diperkenankan melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

D. KEGAGALAN ATAU KEBERHASILAN ( KENDALA )

Hasil dari aksi nyata dapat terlihat bahwa apa yang menjadi program bersama dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab akan berhasil, namun dari keberhasilan itu ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu:

1.      Budaya Positif membuang sampah pada tempatnya juga kadang terlupakan sehingga masih terlihat beberapa sampah di lingkungan sekolah padahal setiap kelas sudah memiliki tempat sampah masing-masing

2.      Susahnya untuk mengingatkan siswa untuk tetap menjaga jarak, bahkan masih ada yang lupa memakai masker sehingga sekolah harus menyediakan masker cadangan.

3.      Beberapa bahan untuk menunjang protokol kesehatan dikelas kadang tidak dijaga dengan baik oleh siswa sehingga kadang mereka tidak dapat mencuci tangan dengan baik dan benar.

E. RENCANA PERBAIKAN DIMASA MENDATANG

Menjaga kebersihan serta kenyamanan kelas dan sekolah merupakan budaya positif yang harus dilakukan dan menjadi tanggung  jawab semua warga sekolah sehingga hal-hal yang menghambat program ini juga menjadi tanggung jawab bersama. Setiap guru yang memiliki kelas binaan harus lebih intensif dalam menggalakkan program tentang kebersihan ini, lebih sering mengingatkan anak walinya bersama dengan guru-guru piket agar membuang sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan.

Setiap wali kelas menunjuk beberapa orang yang bertanggung jawab untuk menjaga agar alat dan bahan kebersihan tetap ada di kelas pada saat akan digunakan.

F. DOKUMENTASI DARI PROSES AKSI NYATA

a. Kondisi gedung kantor yang ditimpa pohon tumbang.


b. Setiap siswa bertanggung jawab atas kebersihan kelasnya masing-masing







c. 
Memanfaatkan Limbah sisa potongan pohon yang tumbang dengan membuat taman mini di depan kelas XII IPS 2




d. Penerapan protokol kesehatan






e. Kunjungan Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Biak Numfor dan memantau seluruh kelas











Selasa, 16 Februari 2021

 

AKSI NYATA

MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

IMPLEMENTASI POJOK LITERASI PLUS

A.     LATAR BELAKANG

Pepatah mengatakan, buku adalah jendela dunia, dengan membaca buku ada banyak hal yang dapat kita ketahui, ilmu pengetahuan yang belum kita ketahui pun bisa kita dapat dengan membaca buku. Membaca dapat meluaskan pengetahuan kita karena keterbatasan kita susah untuk mengetahui perkembangan dunia, namun dengan membaca kita dapat mengetahui keadaan diluar yang jauh dari jangkauan kita. Segala sesuatu yang terjadi dibelahan dunia lain bisa kita ketahui dengan membaca. Begitupun hal-hal yang terjadi pada masa lampau dapat kita ketahui melalui sebuah buku, baik itu buku yang bersifat fisik maupun buku yang bersifat digital.

Rendahnya minat baca siswa terhadap buku-buku yang memuat pengetahuan umum menyebabkan kegiatan literasi pada awal jam pelajaran yang diwajibkan hanya sekedar rutinitas yang membosankan. Pada saat jam pelajaran yang kosong atau sedang istirahat siswa lebih senang berkeliaran di lingkungan sekolah sehingga sering mengganggu teman lain yang sedang belajar. Hal tersebut terjadi karena untuk membaca buku-buku pengetahuan mereka harus ke perpustakaan yang memiliki daya tampung terbatas dan tidak seimbang dengan siswa yang ada disekolah. Oleh karena itu mereka membutuhkan tempat yang dapat mereka gunakan untuk membaca, meletakkan buku bacaan, berbagi buku bacaan dengan teman sekelas mereka. Dengan demikian pojok literasi dapat menjawab kebutuhan siswa dan sekaligus memupuk rasa suka untuk membaca.

B.      DESKRIPSI AKSI NYATA

Pojok literasi yang dibuat bukan hanya memiliki buku-buku yang didapat dari sumbangan siswa dan guru-guru namun juga dibuat untuk menampung kreatifitas siswa melalui majalah dinding yang dibuat oleh siswa sendiri. Selain itu pojok literasi ini juga menampung hasil pekerjaan tangan siswa berupa kerajinan yang beberapa terbuat dari bahan limbah atau daur ulang.

Terdapat beberapa kelas yang membuat pojok literasi namun karena kondisi yang membuat kegiatan disekolah belum normal seperti biasanya sehingga beberapa pojok literasi belum selesai dikerjakan oleh siswa. Pekerjaan ini dikoordinir langsung oleh  wali kelas masing-masing dan diharapkan nantinya semua kelas memiliki pojok literasi, mading dan meja tempat meletakkan kerajinan tangan siswa. Buku-buku yang berhasil dikumpulkan adalah buku bacaan umum bersifat fiksi, non fiksi dan sebagian besar adalah buku rohani Kristen yang sekaligus meningkatkan rasa cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagian besar adalah buku sumbangan dari koleksi teman-teman guru lain dan sebagian lagi sumbangan dari orang tua siswa.

Waktu kegiatan:

No.

Tanggal

Kegiatan

1.

28 November 2020

Merancang program Pojok Literasi Plus

2.

30 November 2020

Menyampaikan program Pojok Literasi Plus dan proposal kepada kepala sekolah

3.

02 Desember 2020

Mensosialisasikan program Pojok Literasi Plus  kepada peserta didik dikelas dan grup WA

4.

02 Desember 2020

Menyusun tim kreatif yang berkompetensi yang akan mengeksekusi program Pojok Literasi Plus agar hasilnya memuaskan.

5.

05 Desember 2020

Mendesain Pojok Literasi secara bersama-sama dengan peserta didik dan mengumpulkan ide-ide yang kiranya akan membuat program berjalan dengan baik.

6.

07 Desember 2020

Menugaskan seluruh peserta didik di kelas untuk membuat kerajinan daur ulang dari bahan limbah, selain itu juga membuat mading yang akan menampung kreatifitas siswa di bidang jurnalistik dan seni.

7.

08 – 18 Desember 2020

04 – 09 Januari 2020

Melaksanakan program yang sudah dirancang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


C. HASIL DARI AKSI NYATA

Pada rancangan aksi nyata yang saya angkat adalah visi yang sebagai calon guru penggerak yang mampu mengembangkan diri sendiri dan orang lain, mampu mengajak semua elemen untuk berkolaborasi dalam mewujudkan visi seorang guru dalam hal ini melalui pojok literasi serta mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Sebagai awal pembeuatan pojok literasi plus dimulai dari satu kelas yaitu kelas XII IPS 2. Sudah ada kelas lain yang juga membuat pojok literasi namun karena ada kendala sehingga pojok literasi tidak bisa diselesaikan dengan cepat.

Hasil dari Aksi Nyata :

1.       Siswa mampu bekerjasama dengan teman-temannya untuk mewujudkan tujuan yang sudah dirancang bersama-sama

2.       Siswa mampu menciptakan ide-ide kreatif dan langsung dieksekusi secara bersama-sama

3.       Minat untuk membaca mulai terlihat

4.       Mengasah keterampilan siswa untuk menciptakan hasil karya sendiri dalam bentuk kerajinan tangan melalui meja kerajinan tangan.

5.       Melalui mading siswa lebih peka terhadap nilai menulis, keterampilan dalam menuangkan jiwa seni mereka kedalam puisi dan tulisan lainnya.

6.       Rasa tanggung jawab dalam menjaga dan mengelola hasil pekerjaan mereka sendiri.

D. KEGAGALAN ATAU KEBERHASILAN ( KENDALA )

Dalam pelaksanaan kegiatan ini ada beberapa hal yang membuat kegiatan ini menjadi lebih sulit untuk mencapai tujuan yaitu:

1.      Koleksi buku yang masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah siswa di kelas.

2.      Keadaan kelas yang rawan dengan pencurian.

3.      Kadang ada siswa dan guru yang meminjam buku namun tidak mengembalikan buku pinjaman mereka.

4.      Belum semua kelas membuat pojok literasi.

E. RENCANA PERBAIKAN DIMASA MENDATANG

Untuk kedepannya akan berkolaborasi dengan semua walikelas untuk membuat pojok literasi di kelas binaan mereka masing-masing sehingga minat baca siswa akan lebih mudah untuk dipupuk. Kerjasama dengan satpol PP yang ditempatkan disekolah untuk lebih memperhatikan keadaan kelas yang rawan dengan pencurian, membuat pengaman ekstra dengan kunci gembok berlapis agar tidak mudah dibobol lagi, serta lebih banyak pendekatan bagi siswa yang menggunakan buku-buku di pojok literasi agar yang meminjam dapat mengembalikan ke tempatnya dan juga kewajiban bagi siswa dan guru untuk tidak membawa buku keluar dari lingkungan kelas.

F. DOKUMENTASI DARI PROSES AKSI NYATA

a. Tim kreatif yang ditunjuk untuk membantu dalam mewujudkan program

b. Bersama-sama dengan siswa mulai membuat dasar dan pagar pojok literasi

c. 
Mulai mengerjakan bagian dalam dan mengatur buku-buku

d. 
Pojok Literasi kelas XII IPS 2 sudah bisa dipakai walaupun masih belum sempurna

e. 
Membuat mading

f. Meletakkan hasil karya di meja dekat pojok literasi


g. 
Pojok Literasi di kelas lain yang belum selesai, kelas 10IPS1, 11 IPS2, 12 IPS1