Keep Learn and Practice

Keep Learn and Practice

Selasa, 25 September 2012

Sejarah Sekolah Minggu


Pada usia 21 tahun, Robert Raikes (1751 – 1811) bekerja menjadi editor Gloucester Journal di Inggris, karena ayahnya meninggal dan ia anak tunggal. Ia adalah seorang yang cinta anak-anak. Kota Gloucester, Inggris, berada dalam keadaan yang menyedihkan secara fisik, intelek maupun moralnya. Kondisi industrinya buruk, tidak ada pendidikan umum, jarang yang lulus sekolah dasar. Akibat dari situasi dan kondisi ini adalah penjara menjadi penuh.
Melihat keadaan tersebut Robert Raikes ingin memperbaiki masyarakat. Ia banyak membantu orang miskin yang tertindas, juga membantu orang – orang yang berbuat jahat. Tetapi ia tidak begitu berhasil mencegah kejahatan dan gagal dalam menghadapi orang dewasa. Ia menjadi yakin bahwa “kejahatan lebih baik dicegah daripada disembuhkan”.
Pada suatu hari ia diminta untuk memuat dalam surat kabarnya mengenai anak-anak nakal, menegur para orang tua dan polisi yang lalai namun ia menolak.
Ketika ia mengunjungi daerah kumuh dibagian kota itu, dijalanan sekelompok anak mendorongnya dengan kasar. Ia terusik melihat betapa kasarnya mereka. Dan seorang pengamat berkata kepadanya,    if you think they are bad, you should come back on Sunday when the worst ones are off work”. Robert Raikes memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Dari pembicaraannya dengan Pdt. Thomas Stock, di desa Ashbury, Berkshire; timbullah rencana untuk menggunakan orang awam untuk mengajarkan Firman Allah kepada anak-anak di hari yang terbaik yaitu Minggu, karena pada hari lain mereka bekerja. Mereka merencanakan untuk meraih anak-anak jalanan, bukan hanya anak-anak anggota jemaat.
Robert Raikes memulai percobaannya pada bulan Juli , 1780. Sekolah Minggu pertama bertempat di dapur Ny. Meredith. Ia membayar Ny. Meredith satu shilling sehari untuk memimpin sebuah sekolah dirumahnya. Ny. Meredith mulai dengan anak laki-laki saja dan mendengarkan pelajaran yang disampaikan anak-anak laki-laki yang usianya lebih tua. Yang nantinya membimbing anak-anak yang lebih muda.
Beberapa bulan kemudian ia membuka sebuah Sekolah Minggu lagi dirumah Ny. King dan Ny. Mary Critchley yang menjadi guru.
Robert Raikes menulis empat buku pegangan, yang ia cetak dipercetakan miliknya. Buku-buku itu dicetak sebesar surat kabar, dipegang didepan kelas untuk dibaca para murid.
1.       Acara :
Anak-anak 6 - 14 tahun datang dalam keadaan bersih dan rapi. Mereka belajar dari pukul 10.00 – 12.00. Lalu pukul 13.00 ke gereja, dilanjutkan pelajaran agama pkl. 14.00 - 17.00, kemudian mereka pulang.
2.       Syarat :
Rapi dan taat. Murid-murid yang berkelakuan baik diberi hadiah Alkitab, kitab jilidan Alkitab, buku-buku, mainan, baju, sisir dan lainnya.
3.       Pelajaran :
Mereka mempelajari Alkitab, membaca dan menulis. Alkitab sebagai buku pelajaran di sekolah Minggu merupakan perantara dasar untuk membentuk karakter seseorang dan memperbaiki keadaan masyarakat.
4.       Hasil :
Penjara kosong dan pelajaran agama ini berhasil memperbaiki keadaan masyarakat Glocester yang berada dalam kemiskinan.

Setelah berjalan selama dua tahun, ia mengumumkan adanya pelayanan ini sehingga semakin luas. Ia membuka Sekolah Minggu di berbagai tempat miskin di Gloucester. Menggaji guru-guru wanita satu shilling sehari. Ia membayar semua pengeluaran untuk Sekolah Minggu ini tanpa dukungan dari gereja maupun pendeta selama kurang lebih enam tahun.
Selama tiga tahun ia menganggap semua pelayanan Sekolah Minggu yang ia lakukan sebagai eksperimen. Pada 3 Nopember 1783, ia memuat disurat kabarnya mengenai keberhasilan tersebut. Laporan itu diturunkan oleh surat kabar di London. Ratusan yang mengikuti jejaknya dan memulai Sekolah Minggu. Kemudian berita yang berupa sepucuk surat umum dari Robert Raikes dimuat di Gentlemen’s Magazine. Setahun kemudian sebuah artikel mengenai Sekolah Minggu tersebut dimuat di Armenian Magazine, yang diterbitkan oleh John Wesley.
Efek dari pemberitaan itu :
1.       Timbul perhatian masyarakat mengenai rencananya, khususnya pendidikan agama untuk anak-anak jalanan. Gerakan yang dilakukan oleh Robert Raikes adalah gerakan yang melawan arus pada masa itu, karena gereja pada waktu itu mengganggap pendidikan agama bagi orang miskin adalah sia-sia dan mencemarkan hari Sabat.
2.       Banyak pihak yang mendukung gerakannya, antara lain : John dan Charles Wesley, George Whitefield, William Fox, William Wilberfore, James Hanway dan Ratu Inggris.
3.       Tantangan-tantangan yang tetap banyak dari gereja maupun dunia, antara lain :
a.       Organisasi ini diragukan dan dijuluki ‘organisasi iblis’.
b.      Uskup dari Canterbury mengadakan rapat dengan para uskup untuk mencegah pelayanan Sekolah Minggu.
c.       Orang-orang kaya menentang pendidikan untuk orang miskin karena mengakibatkan penuntutan kenaikan gaji.
d.      Orang duniawi berpendapat bahwa Sekolah Minggu mengakhiri hiburan-hiburan duniawi.
Menghadapi semuanya itu apakah Robert Raikes patah semangat dan undur? Sama sekali tidak! Ia bahkan semakin gigih memperjuangkannya. Ia menjawab semua tantangan tersebut dengan tindakan konkrit. Ia dijuluki ‘polisi angsa liar dengan rombongan pengacaunya’. Ia sendiri turun tangan untuk mengatasi kegaduhan sekolah, menghukum anak-anak yang tidak taat, namun disertai kepribadian yang agung dan luhur, memikat hati dan perhatian anak-anak. Ini suatu pembuktian bahwa anak-anak nakal dapat dididik untuk belajar.

Gerakan yang dimulai Robert Raikes berkembang sangat pesat dan cepat. Ada sekolah Minggu disetiap kota besar, bahkan ada kota-kota yang dengan bangga menyatakan bahwa setiap anak yang ada telah menjadi murid Sekolah Minggu.
Tahun 1811 Robert Raikes meninggal dunia, tanpa menarik perhatian. Saat itu Sekolah Minggu telah tersebar di Inggris. Pengaruhnya meluas ke seluruh dunia.
Seorang ahli sejarah mengatakan “ pelajaran dan pendidikan Sekolah Minggu juga memegang peranan yang besar untuk mencegah revolusi di Inggris”
Tahun 1831 sebuah patung dibangun untuk mengingat Robert Raikes sebagai Bapak Sekolah Minggu. Pada saat itu Sekolah Minggu di Inggris telah menampung 1.250.000 anak setiap minggunya.
Haleluya….
Sumber : Materi pembinaan guru sekolah minggu se-Klasis Biak Selatan oleh Tim Kerja GKI Sinode Jawa Barat

2 komentar: