Keep Learn and Practice

Keep Learn and Practice

Selasa, 20 April 2021

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Tidak terasa Pendidikan Guru Penggerak sudah memasuki paket modul 3 dan saat ini belajar di modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Ada banyak ilmu yang sudah diterima dan mulai diterapkan secara nyata dalam proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.

Proses pengambilan keputusan yang terbaik tidak terlepas dari materi-materi yang sudah dibahas pada paket modul 1 maupun paket modul 2, sebab semua pelajaran yang diterima dalam pendidikan ini bersumber pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan 3 pratap triloka yaitu "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" yang berarti bahwa seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan seharusnya berdiri didepan sebagai teladan, mampu memposisikan diri ditengah-tengah untuk memberi semangat, dan berada dibelakang sebagai pendorong dan motivator yang akan mensuport dan memberi semangat bagi warga sekolah yang lain.



Sehubungan dengan nilai dan peran guru penggerak, seorang pemimpin pembelajaran yang akan mengambil keputusan seharusnya memiliki jiwa mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada siswa. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat berpengaruh pada prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan karena sebagai pemimpin pembelajaran kita harus menanamkan nilai-nilai keadilan dan kejujuran yang tidak bertentangan.



Dalam pengambilan keputusan sering kita dihadapkan pada dilema etika yang membuat kita sulit untuk menentukan yang terbaik  yang dapat kita ambil. Misalnya ketika berhadapan dengan rekan sejawat yang dekat dengan kita yang bertentangan dengan nilai kejujuran dimana kita harus memilih salah satunya. Disitulah praktek coaching perlu dilaksanakan, dengan demikian dilema etika bisa diselesaikan dengan menemukan potensi yang ada untuk mendapatkan solusi terbaik. Kegiatan coaching mampu menggali potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menyelesaikan masalahnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mampu memancing coachee untuk mencari sendiri solusi atas permasalahannya.

Coaching dengan rekan sejawat

Sehubungan dengan etika dan moral terkait dengan nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik akan berhubungan dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral pada dirinya. Karsa yang tertanam dalam diri seseoranglah yang mendasarinya mengambil keputusan yang mengandung unsur dilema etika

Pengambilan keputusan yang tepat, berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif dan kondusif karena sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada disekolah. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin pembelajaran dapat memengaruhi masa depan siswanya terutama pada kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan potensi yang dimiliki siswa sesuai dengan kebutuhan belajar dan kodratnya. Hal inilah dapat membentuk karakter siswa sehingga memiliki profil pelajar Pancasila.

Pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan selalu berpedoman pada tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu 
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Selain itu memperhatikan empat paradigma pengambilan keputusan yaitu:
  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.

 “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok  keluarga, atau keluarga Anda.

 Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

        2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) 

        3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika.  Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,  atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Pada jaman perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara  mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang  dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

        4. Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini  paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.


Ketika menghadapi dilema etika

Hal terakhir yang dapat menjadi pedoman pengambilan keputusan yaitu sembilan langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari:

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah

    Uji Legal

    Uji Regulasi/Standar Profesional

    Uji Intuisi

    Uji Halaman Depan Koran

    Uji Panutan/Idola

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6. Melakukan Prinsip Resolusi

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Buat Keputusan

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan


Akhir dari berbagai pertimbangan adalah membuat keputusan terbaik.

Ketika kita dihadapkan pada pengambilan keputusan, kadang apa yang kita putuskan belum tentu sesuai dengan keinginan orang lain karena kita tidak bisa membuat keputusan yang bisa menyenangkan semua orang. Tetapi dengan mengikuti alur yang sudah dibuat maka keputusan tersebut bisa dikatakan sebagai keputusan terbaik setelah melalui berbagai pertimbangan.

Semoga kita bisa menemukan solusi dari masalah kita, mampu untuk menerapkan cara terbaik untuk mendapatkan keputusan yang terbaik.